Thursday, December 27, 2007

Sekarang, Kita Mulai Lagi... (Perenungan Tahun Baru)

Muhammad sang Nabi begitu bergetar ketakutan saat Sang ruhul kudus Jibril mendatanginya di sebuah gua yang sunyi. "IQRA....IQRA...." Sebuah perintah awal dari sang penyampai pikiran suci atau wahyu Tuhan.....

Itu sebuah awal. yah, itu adalah awal dari kerumitan yang harus ditanggung seorang pedagang dalam mencipta, mengatur, menjaga, dan memelihara suatu umat. Suatu awal yang begitu mencekam, namun akhirnya terlewati dengan sebuah kesungguhan hati. Meskipun sebuah awal itu tidak menjadikannya sebagai histori sebuah pertanggalan.

Sama halnya dengan Socrates, seorang "buruk rupa", yang berasal dari sebuah polis besar penyumbang kebudayaan eropa dan dunia, Athena, ketika dia mulai berpikir tentang kebenaran-kebenaran yang mulai diselewengkan oleh para sophis di sekitar kota. Untuk memulai peperangan diskusi dengan para masyarakat yang telah terhipnotis oleh sophis-sophis - yang menjual ilmunya dengan sebuah atau beberapa logam perak hingga emas-, saya yakin ia sangat berat dan terbebani.

Dari awalnya sebuah keresahan, akhirnya dia sadar harus memulai peperangan itu. Dia mulai berjalan ke pasar-pasar, alun-alun kota, serta ke perkampungan hanya untuk mencari sebuah kebenaran melalui diskusi-diskusi filosofis. Sekali lagi, melalui diskusi-diskusi filosofis, bukan dengan suatu kekerasan. Itu adalah sebuah strategi menarik tawaran dari seorang filosof agung dalam memulai menghadapi sesuatu perbedaan. Walaupun akhirnya beliau dihukum mati, melalui racun, hasil putusan pengadilan tertinggi dikota itu. Tragis memang. Namun kita harus menghargai proses sebuah permulaan yang beliau hadapi dan akhirnya beliau berani untuk keluar dan berperang.

Socrates mungkin mirip dengan Isa al-Masih (bagi sebagian golongan), seorang utusan, bahkan banyak pula yang mengakuinya sebagai anak dari Tuhan. Ketika Tuhan memberikan Titahnya untuk menyampaikan pesan kebesaran dan ke-esa-an Tuhan. Sebuah tugas yang berat. Ketika diawali dari takdir yang menempel padanya, sebuah persalinan di sebuah kandang yang tidak biasa, serta tanpa adanya seorang pejantan yang mengakui pernah menghamili seorang Maryam, ibunya.

Memulai untuk menyampaikan wahyu dengan permusuhan dengan sebagian orang adalah suatu yang berat. Yah, itu adalah permulaan yang sangat berat. Namun dengan sebuah keyakinan dan kepasrahan total, ia berani untuk memulai sebuah tugas suci dari Tuhan, walaupun dengan sembunyi di hutan, mendaki pegunungan, serta masuk-keluar perkampungan, akhirnya permulaan yang berat itu terlewati. Banyak pula yang akhirnya simpatik dan menaruh kepercayaan padanya. Yah, permulaan telah terlewati, walaupun akhirnya (menurut sebagian orang) dia ditangkap, disiksa, dicaci-maki, dan dihukum salib di Golgota.

Sebuah permulaan memang terasa sulit. Apalagi jika kita terus saja melihat hari-hari lalu yang terasa sangat buruk.

Saya sebagai rakyat indonesia, sebagai anak manusia, dan sebagai khalifah di bumi ingin mengajak kita untuk bangkit dan memulai. Yah, memulai berlaku baik dan membawa firman Tuhan untuk sebuah tahun yang baru meski dengan bayangan kobobrokan. Permulaan memang berat, namun... Sekarang, kita mulai lagi...

Tulisan dan Tuhan

"Tulisan itu adalah hal-hal, sebagaimana Tuhan, yang tak pernah selesai..."

Sebuah kalimat yang saya tiru dari seorang kolumnis, Goenawan Muhammad, dengan sedikit perubahan.

Sebuah tulisan ambigu dengan probabilitas yang tinggi sama halnya dengan Tuhan. Tak akan pernah selesai. Kalimat ini tidak menginginkan sebuah interpretasi negatif tentang Tuhan, namun sebuah interpretasi positif terhadap Tulisan.