Thursday, March 8, 2007

Sejatinya Shalat Itu Hak Siapa?

Perbincangan saya, Ivan, Ubay, dan Yomi di warung "nasi uduk mpo Lilis", tentang KODIS (komunitas diskusi) yang diselenggarakan mingguan.

Ivan : Untuk menambah kuota anggota kita dalam KODIS. Bagaimana kalau kita ajak si Ujang, Hendra, dan Yanti?
Ubay : Jangan ajak si Hendra untuk jadi anggota komunitas diskusi. Soalnya setahu ane dia itu beraliran kiri
Saya : Maksudmu?
Ubay : Setahu ane, masih antek komunis.
Yomi : Bener tuh. Kemarin dulu pernah ada yang bilang sama gue katanya dia itu ngga percaya Tuhan
Saya : Maksud sampeyan atheis, Yom?
Yomi : Betul. si Ujang yang bilang.
Saya : Memangnya Ujang tahu dari mana?
Yomi : Katanya sih, si Ujang pernah diajak ke suatu komunitas kecil di Pesanggerahan, kalo ngga salah.
Ubay : Tuh kan. Apa kata ane? Dah kelihatan sebenarnya gelagatnya.
Saya : Huss. Kamu su'udzan aja sama Hendra.
Ubay : Yeh, dibilang ga percaya. Pernah ane ajak shalat. eh... dia kaga mau.
Saya : Masa sih?

Ubay : Dua hari yang lalu, pas adzan ashar, saat dia duduk-duduk di teras rumahnya, ane segaja samperin dia. Ane sempet ngobrol sedikit tanya ini-itu. Terus langsung ane ajak dia shalat. eh dia malah bilang maaf, Bay, Gue dah sholat. Kapan? ane penasaran dan langsung nanya ke dia. eh, dia jawab barusan. Barusan kapan? ane tanya lagi. terus dia jawab dengan enaknya tadi, dalam hati. Apa namanya kalo dia bukan komunis?

Saya : Berarti dia ngga pernah shalat dong.
Ubay : Ya iya. Kalo anak ga pernah shalat, ngapain kita ajak jadi anggota KODIS.
Saya : Iya juga yah
Ubay : Pokoknya, biar si Hendra itu pinter, ane ga setuju kalo dia kita ajak jadi anggota KODIS
Yomi : Betul tuh, gue juga ga setuju.
Ivan : Cuma gara-gara ga shalat aja kalian ga setuju?
Ubay : Ya iyalah, wong ga mau shalat ko diajak-ajak
Ivan : Loh, apa salahnya?
Ubay : Jelas salah. Mana mungkin bisa nyambung diskusinya? lagian ntar malah kita yang kebawa keblinger.
Yomi : Betul tuh, gue juga ga setuju.
Ubay : Tapi kalau dia udah mau shalat baru ga apa-apa kita ajak.
Yomi : Betul tuh kita paksa aja biar dia mau shalat. Lagian kan, kata ust. Hilal, itu namanya dakwah.
Saya : Kenapa sampeyan sepertinya ngga peduli sama Hendra yang ngga pernah shalat, Bang?

Ivan : Bukannya ngga peduli. Semua ulama dan semua ustad ataupun orang alim, semua mengajarkan pada setiap muridnya atau setiap orang bahwa yang namanya shalat itu wajib. Dan para kiyai juga mengajarkan bagaimana tata cara shalat yang baik, kapan waktu shalat yang benar, dan juga doa-doa dalam shalat. Namun disamping itu semua, ada yang paling penting, yaitu sejatinya shalat itu adalah urusan pribadi seorang dan Tuhannya. Apa hak saya memaksakan seorang untuk shalat. Toh yang memberi pahala bukan saya, yang mengganjar kebaikan bukan saya, dan yang akan menempatkannya di surga juga bukan saya.

Saya hanya bisa terdiam mendengar perkataan Ivan. Yomi dan Ubay pun tak bisa berkata apa-apa. Lalu kemudian Ivan dengan kebijaksanaan sifatnya berkata "Tapi saya pikir, dari pada gara-gara Hendra KODIS kita bubar. Ya sudah lebih baik kita tidak melibatkan dia."

No comments: