Thursday, March 8, 2007

(Seperti) Pedagang Buah

"Kemarin saya ke pasar, Bang" saya memulai berbicara kepada ivan. Ivan memang sudah saya anggap abang saya sendiri. Saya memanggilnya dengan sebutan Babang. Dari segi usia memang saya dan dia tidak berselisih terlalu jauh, hanya berbeda 2 tahun. Tapi karena kedewasaannya saya sangat me-nua-kan dia.

Malam itu, kebetulan ivan sedang menginap di rumah. Ivan memang teman yang paling sering bermalam di rumah saya. Seperti biasa kami menghabiskan malam, sebelum beranjak tidur, untuk ngobrol ngalor-ngidul yang sudah saya anggap seperti hal ritual. Masalah sepertinya banyak sekali dan tak pernah ada habisnya kalau kami sudah menjalani hal ritual tersebut. Malam itu kami mengobrol di teras rumah saya yang hanya diterangi oleh lampu redup.

"ngapain?"
"ya belanja lah"
"cuma belanja ko cerita-cerita"
"sebenarnya ada yang istimewa sih"
"apa?"
"ada tukang buah, Bang....."
"istimewanya?"
"saya cuma ga habis pikir aja sama dua tukang buah yang saling bersebelahan itu"
"ya jangan dipikirin, cape-capein aja"

Ivan memang senang sekali ngelucu. Ia adalah orang yang seperti tak ada masalah dalam hidupnya. Namun itulah yang membuat banyak orang betah berlama-lama ngobrol dengannya. Dan saya termasuk di dalamnya. Entah mengapa kami bisa dekat. Padahal saya pendiam dan tak punya banyak teman. Entah apa keuntungannya dekat dengan saya, karena setahu saya dia punya banyak teman yang "lebih" dari saya.

"maka-nya jangan dipotong dulu"
"ya wis, terusin"
"mereka saling menjelek-jelekan buah milik pesaingnya," saya bercerita dengan nada yang pelan karena memang hari telah malam, "dan menganggap buah-buah yang dijualnya sangat baik"
"kan wajar...?!"
"wajar gimana?"
"supaya buah mereka laku" ivan menjawab dengan sedikit tersenyum, seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"tapi kan bukan berarti harus menjelek-jelekan buah pesaingnya"
"apa salahnya?"
"ya salah-lah"
"letak kesalahannya?"
"mbo ya jangan jelek-jelekin buah orang lain"
"kenapa memangnya?"
"karena kan belum tentu buah miliknya sendiri bagus"
"kalau memang terbukti lebih bagus?"
"tetap ga etis lah, kalau dia menjelek-jelekan buah orang lain"
"yang saya tanya, kalau memang terbukti bagus?"
"kan.....," saya sedikit berpikir keras, "BAGUS ITU RELATIF"
"hebat kamu.." ivan sedikit tersenyum.

Cerita ini terinspirasi dari kultum di masjid sebelah kantor tentang : Perbandingan Kitab Suci

No comments: