Tuesday, August 28, 2007

Susu Tak Lagi Bersahabat

“Saya lagi Kesal, Bang” saya mengawali pembicaraan di atas sepeda motor kepunyaan Ivan.
“Jadi mau curhat?” Ivan menjawab sambil mengurangi kecepatan sepeda motornya, ”Ya udah, hayo atuh didegerin”
“Serius ini, Bang”
“Iya. Kenapa?”

Sebelum bercerita, saya membenarkan posisi duduk terlebih dahulu. “Sampeyan kenal Eti kan, Bang?”
“ Eti anaknya Mpo Jujum?” Ivan memastikan.
“Betul. Jadi ceritanya begini, beberapa hari yang lalu ia datang ke rumah, Bang”
“Tumben?”
“Ia datang untuk meminjam uang. Bayangkan coba Bang? Datang pertama kali ke rumah, sendirian, cuma untuk meminjam uang.”
“Saya pikir dia ngajak akhwat untuk dikenalkan sama kamu, Id. Lagian pasti banyak temanmu yang kasihan melihatmu yang sampai sekarang belum juga punya calon, Id.”
“Hus, usil banget sih sampeyan, Bang. Sampeyan kayak udah punya calon aja! Ingat umur, Bang.”
“Iya…iya….maaf, ceritanya teruskan deh”

“Sampeyan tahu dia mau pinjam uang karena apa?”
“Mana saya tahu, Id. Wong kamu belum bicara”
“Dia pinjam uang untuk anaknya.”
“Memang anaknya kenapa, Id? Sakit?”
“Bukan, Bang”
“Lalu kenapa?””Anaknya sudah lama tidak minum susu.”
“Apa?”
“Anaknya yang masih balita sudah hampir tidak pernah minum susu.”
“Lalu kamu meminjamkannya?”
“Iya. Saya tidak tega membiarkan anak balitanya tidak minum susu. Apalagi suaminya yang kerjanya serabutan pulangnya tiga hari sekali.”
“Bagus dong kalau begitu.”
“Apanya yang bagus?”
“Ya itu tadi, kamu mau meminjamkan uangmu untuk anaknya beli susu. Kan memang susu lagi mahal, Id. Susu sudah tidak bersahabat lagi dengan orang-orang miskin. Entah siapa yang tega-tega menaikkan harga susu sehingga malambung tinggi. Kamu memang baik, Id”

“Tapi aku kesal, Bang”
“Loh kesal kenapa?”
“Sampai sekarang si Eti belum mengganti uang saya 50 ribu”

Ivan lalu menghentikan motornya. Lalu membalikkan badanya. Dan mengatakan “DASAR!” sambil menempeleng kepala saya. Lalu kembali berjalan kembali.

No comments: