Thursday, March 8, 2007

Paradoks Keridhoan

Kemarin sempat berbincang sama teman di tengah waktu bekerja. Dia sedikit bercerita tentang orang tuanya yang baru saja pulang dari ‘naik haji’. Ia sedikit menceritakan saat orang tuanya merasakan sendiri bagaimana perlakuan panitia haji terhadap para jamah, terutama ketika wukuf di padang arafah.

Kita ketahui bersama kejadian di sana hanya lewat televisi. Dan di sini, sebagian masyarakat kita terbilang sangat kecewa dengan kejadian ini. Setelah selalu tak pernah sepi dari kekecewaan pada pada setiap tahunnya, panitia penyelenggara haji nampaknya telah kembali membuat suatu kesalahan. Namun nampaknya kesalahan yang dibuatnya pada tahun ini amatlah sangat merisaukan sehingga kekecewaan masyarakat sudah pada taraf puncak. Sehingga membuat massa berbondong-bondong menyuarakan, mewakili, keperihatinan para jamaah.

Namun sebenarnya apa yang dirasakan sendiri oleh para jemaah haji. Itulah yang kemarin teman saya singgung. Ternyata orang tuanya tidak pernah merasakan kekecewaan sedikitpun, agak lapar memang, tapi orang tuanya hanya bilang takut keikhlasan atau keridhoan hajinya terkotori karena merasa kecewa terhadap panitia. Mereka terkesan ‘hanya’ menerima. Mereka RIDHO atas apa yang terjadi terhadap diri mereka. Tanpa sedikitpun menyiratkan kekecewaan. Mungkin karena orang jawa kali ya….? Begitu yang diceritakan teman saya yang asal Malang itu. Ridho memang, tapi apakah salah jika kita merasa kecewa terhadap panitia penyelenggara dengan sedikit menyuarakan pula kekecewaan itu. Apakah dengan begitu nilai haji kita menjadi berkurang?

Tapi, mbo ya panitia haji indonesia ngerti. Orang mau membersihkan dosa ko’ malah ‘dikerjain’ sama ‘coba-coba’.

No comments: