Thursday, April 26, 2007

Baba Hasan Meninggal Dunia

Malam ini, tepat tanggal 25 April 2007, saya menerima kabar yang sangat tidak menyenangkan. Sekitar pukul 22.30 Hand phone saya berdering tanda adanya panggilan masuk. Segera saja saya jawab. Dan ternyata, “Id….., dapat salam dari Ivan. Baba Hasan meninggal.” Ternyata Ubay yang mengabarkan berita tak menggembirakan itu, tentu saja dengan nada sedih.

Mendengar kabar itu, saya tak bisa menahan kesedihan. Kesedihan akibat kehilangan seorang lagi yang saya kenal. Baba Hasan, orang tua yang penuh dengan semangat hidup. Seorang yang mengajarkan sebuah arti kehidupan dengan pentingnya sebuah silaturrahmi dengan manusia lainnya.

Setelah mendegar berita itu, pikiran saya langsung tertuju kepada Ivan, Teman sekaligus sahabat terdekat saya. Saya terus bertanya-tanya dalam hati tentang bagaiana perasaan Ivan dengan kejadian ini. Dengan tidak ingin banyak bertanya dalam hati, saya langsung mencoba menghubunginya.

“Assalamu ‘alaikum…” saya memulai pembicaraan.
“Wa ‘alaikum salam…..”

“Bang, saya baru dengar kabar dari Ubay.”

“Iya, Id. Baba duluan yang pergi…..” Ivan bicara dengan nada agak serak. Mungkin ia merasa sedih. Karena ia sangat sayang sekali dan sangat mengidolakan Ayahandanya itu.

“Jam berapa, Bang?”

“Tadi, Id, Jam setengah sepuluh.”

“Sabar ya, Bang….” Saya mencoba menjadi teman saat dirinya sedih.

“Iya, Id. Maafin Baba yah……,” Ivan berhenti sejenak. “Maafin Baba kalau punya salah ya, Id.” Ivan bicara dengan sangat tenang. Walaupun saya tahu dia pasti sangat sedih sekali. Terdengar juga dari suaranya yang memang tak bisa menutupi kesedihannya.

“Di mata saya, baba tuh ga pernah salah ko, Bang. Jadi ga perlu ada yang dimaafin.”
“Ga ada manusia yang ga pernah berbuat salah, Id.”

Saya terdiam sejenak mendengar perkataannya. “Sampeyan bener, Bang.”

“Insya Allah, kalau besok pagi saya bisa keluar kantor, saya ke sana, Bang. Mudah-mudahan Kepala Seksi saya ngijinin untuk melihat Baba untuk yang terakhir kali.” Saya yang memang sedang di Bekasi tak bisa malam itu langsung ke sana. Pikir saya besok pagi saya akan ke sana, insya allah.

“Kalo kamu sibuk banget, ga usah dipaksain untuk datang. Minggu juga bisa ke sini kan.” Ivan seperti berusaha untuk tidak membuat saya repot karena jarak yang jauh dan akan mengganggu pekerjaan saya.”

“Iya, Bang. Tapi Insya Alloh, kalau mendapat ijin saya dateng. Tapi kalau memang tidak bisa, Minggu pasti saya akan datang.” Saya berusaha untuk tidak membuat janji. Walaupun saya ingi sekali datang ke sana dan melihat Baba Hasan untuk yang terakhir kali. Dan tentunya menemani Ivan yang pasti merasa sedih.”

“Makasih ya, Id.”
“Sama-sama, Bang.”
“Ya udah, Assalamu ‘alaikum……”
“Wa ‘alaikum salam…”

Innalillahi wainnailaihi raaji’uun. Sesungguhya kita semua memang milik Gusi Alloh dan akan kembali kepadanya. Semua, yah, semua akan kembali kepadanya tanpa terkecuali. Karena memang seperti itu settingan takdir sebuah eksistensi kita sebagai tercipta sebagai manusia. (dicatat pada Kamis dini hari, 00.30.)

No comments: