Friday, May 16, 2008

"Transaksi" Sebuah Maaf

Ibunda Malin Kundang sejatinya tak pernah tega, dan mungkin ada rasa penyesalan, ketika mengutuk anaknya menjadi sebuah batu. Atau sebenarnya kutukan itu adalah sebuah kasih sayang dalam bentuk lain yang diberikannya kepada sang anak, Malin Kundang. Namun, kutukan sang ibu itu hanyalah sebuah reaksi dari “transaksi” maaf-memaafkan yang “sulit”.

Kita juga ingat ketika Musa membawa para budak fir’aun yang dibebaskan ke negeri yang dijanjikan Tuhannya. Disaat sebagian kaum yang dijanjikan merasa tidak puas dengan Tuhan yang tidak berbentuk atau, paling tidak, ter-representasi-kan oleh sesuatu, Musa dalam hati kecilnya, sebagai manusia yang manusiawi, tak pernah merestui perbuatannya membunuh sebagian dari pada mereka, padahal mereka dalam keadaan sudah kalah dan berlutut, karena telah melakukan kesyirikan dan pelanggaran setelah janjinya. Tetap ada air mata ketika eksekusi. Namun, pebunuhan itu hanyalah sebuah reaksi dari “transaksi” maaf-memaafkan yang “sulit”.

Memaafkan itu lebih sulit dari pada meminta maaf. Ah, atau terbalik. Sebenarnya, lebih sulit meminta maaf dari pada memaafkan. Tapi mungkin jawaban dari semuanya adalah tergantung. Karena memang hidup dalam dunia yang fana ini tak pernah ada yang pasti dalam keterikatan yang kuat. Semuanya selalu menggantung, tergantung, atau digantung.

Namun, pernyataan diatas akan sangat berbeda ketika kita mendengar perkataan ibn ‘Atha’illah as-Sakandari dalam kitab al-Hikam, “Engkau merdeka dari segala yang engkau berlepasdiri darinya, dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau tamak terhadapnya”.

No comments: